logo-raywhite-offcanvas

21 Oct 2025 NEWS 7 min read

Mengulas Harga Properti di Jalan Ikonik Menteng Dari Teuku Umar hingga Suropati, Mana yang Paling Premium?

Menteng selalu menjadi ikon kawasan hunian paling prestisius di Jakarta, bahkan di seluruh Indonesia. Dikenal sebagai tempat tinggal pejabat negara, duta besar, dan kalangan konglomerat, kawasan ini sejak lama identik dengan gengsi, sejarah, dan keanggunan arsitektur kolonial yang masih terjaga hingga kini. Tidak berlebihan bila menyebut Menteng sebagai kawasan yang tak pernah kehilangan pesona, baik bagi warga Jakarta maupun kalangan pencari properti kelas atas.

Namun, meskipun seluruh kawasan Menteng dikenal premium, ada beberapa ruas jalan yang dianggap sebagai permata utama, yakni Jalan Teuku Umar, Jalan Imam Bonjol, Jalan Diponegoro, Jalan HOS Cokroaminoto, dan Jalan Taman Suropati. Masing-masing jalan memiliki karakter unik, sejarah berbeda, serta daya tarik tersendiri yang memengaruhi harga properti di kawasan tersebut.

Lantas, di antara jalan-jalan ikonik itu, manakah yang benar-benar bisa disebut paling mahal dan paling premium? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita ulas satu per satu.

Mengapa Menteng Begitu Istimewa?

Menteng bukan sekadar kawasan perumahan elite, melainkan juga bagian dari warisan sejarah Jakarta. Dirancang pada masa kolonial Belanda sebagai salah satu contoh garden city pertama di Asia, tata kota Menteng diatur sedemikian rupa agar memiliki jalan lebar, rumah dengan halaman luas, serta pepohonan yang rindang. Hingga hari ini, keindahan dan keteraturan tersebut masih dipertahankan, menjadikannya berbeda dari banyak kawasan lain di Jakarta yang padat dan semrawut.

Ada beberapa alasan mengapa harga properti di Menteng terus melambung dari waktu ke waktu:

  1. Letak yang Strategis

Menteng berada di pusat Jakarta, dekat dengan pusat pemerintahan, kawasan bisnis Sudirman–Thamrin, hingga fasilitas umum utama seperti stasiun Gambir.

  1. Suplai yang Sangat Terbatas

Karena statusnya sebagai kawasan cagar budaya, pembangunan baru sangat dibatasi. Hal ini membuat jumlah rumah tidak akan pernah bertambah, sementara permintaan terus meningkat.

  1. Keamanan dan Kenyamanan Tinggi

Daerah kawasan Menteng memiliki banyak kedutaan besar, kantor lembaga negara, hingga rumah pejabat berada di kawasan ini, sehingga sistem pengawasan keamanan di daerah ini dijaga sangat ketat

  1. Nilai Sejarah dan Sosial

Tinggal di Menteng bukan hanya soal lokasi, melainkan juga soal gengsi dan simbol status. Rumah di kawasan ini sering dianggap sebagai warisan keluarga yang bernilai lintas generasi. Maka dari itu kawasan menjadi salah satu kawasan yang istimewa

Berikut adalah beberapa alasan yang menjadikan kawasan ini terlihat istimewa dikarenakan letaknya yang strategis serta kawasan ini memiliki nilai sejarah dan sosial yang menjadikan kawasan ini banyak diminati oleh masyarakat.

Jalan Teuku Umar 

Jalan Teuku Umar selalu dianggap sebagai jalan paling eksklusif di Menteng, bahkan mungkin di seluruh Indonesia. Alasannya sederhana: jalan ini menjadi lokasi kediaman resmi Presiden Republik Indonesia. Keberadaan rumah presiden membuat kawasan ini memiliki tingkat keamanan yang luar biasa ketat. Hanya sedikit rumah berdiri di sepanjang jalan ini, sehingga atmosfernya tenang, privat, dan terjaga.

Rumah-rumah di Jalan Teuku Umar memiliki arsitektur kolonial yang megah, dengan halaman luas dan pagar kokoh. Banyak diantaranya tetap dipertahankan sesuai bentuk aslinya, menjadikannya bagian penting dari wajah sejarah Menteng. Karena jumlah properti sangat terbatas, transaksi di jalan ini hampir tidak pernah muncul di pasar terbuka. Bila ada yang dijual, nilainya bisa melampaui Rp200 miliar untuk rumah berukuran besar.

Harga tanah di Teuku Umar dapat menembus Rp500 juta per meter persegi, angka yang sangat tinggi bahkan bila dibandingkan dengan kawasan elite lainnya di Jakarta. Tidak heran jika jalan ini dianggap sebagai puncak dari eksklusivitas. Membeli rumah di sini bukan hanya soal investasi, melainkan juga soal status sosial yang nyaris tak tertandingi.

Jalan Imam Bonjol 

Jika Teuku Umar identik dengan kekuasaan politik, maka Jalan Imam Bonjol lebih dekat dengan kekuasaan finansial dan diplomasi. Jalan ini menghubungkan Menteng dengan kawasan bisnis utama di Jakarta, yaitu Sudirman dan Thamrin. Letaknya sangat strategis karena hanya beberapa menit dari Bundaran HI, ikon pusat kota Jakarta.

Di sepanjang jalan ini, Anda bisa menemukan banyak kedutaan besar, kantor perwakilan, serta rumah-rumah besar bergaya kolonial yang kini banyak difungsikan sebagai kantor eksklusif. Nilai propertinya juga sangat tinggi karena lokasi yang berdekatan dengan pusat bisnis membuatnya menarik untuk berbagai kebutuhan, baik residensial maupun komersial.

Harga tanah di Jalan Imam Bonjol berkisar antara Rp200 juta hingga Rp350 juta per meter persegi. Sementara rumah atau bangunan berukuran besar bisa mencapai Rp150–300 miliar. Bagi para investor atau pelaku bisnis, memiliki properti di Imam Bonjol berarti mendapatkan akses ke lokasi yang prestisius sekaligus strategis, menjadikannya pilihan unggulan setelah Teuku Umar.

Jalan Diponegoro 

Berbeda dari Teuku Umar dan Imam Bonjol yang lebih privat, Jalan Diponegoro cenderung lebih aktif. Di jalan ini berdiri berbagai institusi penting, termasuk kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan sejumlah kedutaan besar. Jalan ini juga menjadi salah satu akses utama menuju kawasan Matraman dan Tugu Proklamasi.

Karakter Jalan Diponegoro sedikit lebih “hidup” karena aktivitas kendaraan lebih ramai. Namun, rumah-rumah di sini tetap luas, kokoh, dan bernilai tinggi. Banyak bangunan dimanfaatkan untuk keperluan institusi, baik lembaga negara maupun perwakilan diplomatik.

Harga tanah di Jalan Diponegoro berkisar Rp150–250 juta per meter persegi. Bangunan besar bisa bernilai lebih dari Rp120 miliar, tergantung luas lahan dan peruntukannya. Secara karakter, jalan ini lebih cocok bagi investor institusi atau kedutaan yang membutuhkan akses mudah dan bangunan representatif.

Jalan HOS Cokroaminoto 

Jalan HOS Cokroaminoto memiliki atmosfer yang berbeda dari tiga jalan sebelumnya. Jika Teuku Umar dan Imam Bonjol terasa kaku dan formal, Cokroaminoto justru lebih dinamis, modern, dan urban. Di jalan ini, rumah-rumah mewah berdiri berdampingan dengan restoran eksklusif, kantor kedutaan, hingga bangunan komersial bergaya kontemporer.

Cokroaminoto menjadi favorit banyak pengusaha karena lokasinya dekat dengan area komersial Wahid Hasyim dan Sabang, yang dikenal dengan pusat kuliner serta hiburan. Properti di sini seringkali memiliki desain modern, menyesuaikan dengan gaya hidup kota yang lebih dinamis.

Harga tanah di Jalan HOS Cokroaminoto berkisar antara Rp180–300 juta per meter persegi. Rumah modern berukuran besar dijual dengan kisaran Rp80–150 miliar. Dengan karakter yang lebih fleksibel, jalan ini ideal bagi pengusaha atau pembeli yang menginginkan suasana mewah namun tetap dekat dengan kehidupan kota.

Jalan Taman Suropati 

Taman Suropati bukan sekadar ruang terbuka hijau, tetapi juga simbol sejarah dan kebudayaan Jakarta. Jalan yang mengelilingi taman ini menjadi salah satu yang paling indah di Menteng. Rumah-rumah kolonial berdiri menghadap taman, dengan halaman luas dan arsitektur yang masih dipertahankan.

Atmosfer di Taman Suropati terasa lebih artistik dan humanis dibandingkan jalan-jalan lain. Taman ini sering digunakan untuk kegiatan komunitas, konser musik kecil, hingga diskusi publik. Karena itulah, suasana lingkungan di sekitar Taman Suropati terasa lebih hidup, namun tetap elegan.

Harga tanah di Jalan Taman Suropati berkisar Rp180–250 juta per meter persegi. Rumah-rumah di sini seringkali memiliki status cagar budaya, sehingga proses renovasi sangat dibatasi. Meski begitu, nilai sejarah dan keunikan yang ditawarkan membuatnya tetap menjadi incaran kolektor properti kelas atas maupun institusi kebudayaan.

Mana yang Paling Premium?

Setelah membandingkan kelima jalan ikonik di Menteng, jelas terlihat bahwa Jalan Teuku Umar berada di posisi paling atas. Eksklusivitasnya luar biasa karena hanya sedikit rumah tersedia, dengan tingkat keamanan tertinggi berkat kediaman presiden yang berada di sana. Membeli rumah di Teuku Umar bukan sekadar investasi, melainkan juga pencapaian status sosial tertinggi di Jakarta.

Namun, Jalan Imam Bonjol berada tepat di bawahnya alias urutan kedua dengan nilai properti yang sangat tinggi, terutama karena lokasinya yang dekat dengan pusat bisnis utama. Bagi investor yang mengincar potensi komersial, Imam Bonjol bisa jadi lebih menarik daripada Teuku Umar yang cenderung terlalu eksklusif dan jarang diperjualbelikan.

Jalan Diponegoro menempati posisi penting bagi institusi dan lembaga negara. Harganya sedikit lebih rendah, namun aksesibilitas dan reputasinya tetap membuat kawasan ini sangat prestisius. Sementara itu, Jalan HOS Cokroaminoto menawarkan daya tarik urban dengan suasana lebih dinamis, cocok bagi mereka yang menginginkan hunian modern di tengah kota.

Di sisi lain, Jalan Taman Suropati punya daya tarik emosional dan kultural yang sulit ditandingi. Memiliki rumah di sini berarti menikmati pemandangan taman legendaris dan menjadi bagian dari sejarah hidup Jakarta. Bagi sebagian orang, nilai ini bahkan lebih berharga daripada sekadar angka rupiah.

Membeli rumah di Menteng tidak bisa disamakan dengan membeli properti di kawasan elite lainnya. Di sini, nilai bukan hanya diukur dari harga tanah atau bangunan, melainkan juga dari sejarah, prestise, dan simbol sosial yang melekat. Jalan Teuku Umar, Imam Bonjol, Diponegoro, HOS Cokroaminoto, dan Taman Suropati masing-masing memiliki karakter yang unik, menawarkan pilihan bagi berbagai kebutuhan dan preferensi.

Jika Anda sedang mencari hunian yang aman, nyaman, dan pasti sudah terpercaya, Anda bisa mempercayakannya ke Ray White Menteng. Untuk informasi lebih lengkap, Anda bisa langsung mengunjungi website Ray White Menteng di https://menteng.raywhite.co.id/. Find a home that suits your lifestyle with Ray White!


“Ray White Menteng, Your Best Property Agency Since 1998"